Saturday 10 March 2007
0
Puisi: Cipadung 2
Matahari turun perlahan dan
warnanya jatuh disungai
Barangkali ada petani yang akan lewat
dan tersenyum pada takzim kita, seperti sebait puisi
Masih ada angin, seperti kemarin
yang berulang-ulang kucatat diatas daun bathinku
warnanya jatuh disungai
Barangkali ada petani yang akan lewat
dan tersenyum pada takzim kita, seperti sebait puisi
Masih ada angin, seperti kemarin
yang berulang-ulang kucatat diatas daun bathinku
Lalu ingin aku mengajakmu kesana
Menuruni ladang, merawat bunga-bunga dengan
jantung berdegup
seperti ketukan
tangan kekasih di pintu doa-doa.
Kita akan bercocok tanam harapan
di kebun masa depan
Menuruni ladang, merawat bunga-bunga dengan
jantung berdegup
seperti ketukan
tangan kekasih di pintu doa-doa.
Kita akan bercocok tanam harapan
di kebun masa depan
Berpegang erat tanganku, tanganmu
Kangenku melihatmu tersipu malu
Tersenyumlah, hidup ini mungkin
seperti rasa lelah yang ingin dimengerti.
Marilah pulang, teteh, jangan dulu menoleh ke belakang
Sebelum malam habis, sisa-sisa embun jatuh
dan tunas-tunas itu tumbuh
10 maret 2007
Kangenku melihatmu tersipu malu
Tersenyumlah, hidup ini mungkin
seperti rasa lelah yang ingin dimengerti.
Marilah pulang, teteh, jangan dulu menoleh ke belakang
Sebelum malam habis, sisa-sisa embun jatuh
dan tunas-tunas itu tumbuh
10 maret 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Responses to “Puisi: Cipadung 2”
Post a Comment