Wednesday 17 August 2005

0

Indonesia: Negeri Para Penjajah

  • Wednesday 17 August 2005
  • Unknown
  • Share
  • —untuk dan dari kemerdekaan yang belum lahir

    Disini, aku merasa cukup kesulitan untuk mengerti tanah air.
    Hari ini, 17 Agustus 2005, nasionalisme terdengar begitu hangar disudut-sudut tempat yang jauh nun disana; disepanjang jalan, di dada mereka yang merasa punya alasan yang cukup untuk bangga pada “selembar” kemerdekaan tanah airnya.

    Namun, aku disini, di tempat yang tak begitu lengkap menikmati lenguh lagu kebangsaan, kemeriahan, suara tambur, arak-arakan rakyat atau setengah jam lebih pidato sang pejabat. Ya, disini, tak ada kibaran bendera-bendera. Tak ada wejangan patriotic dan sebagainya dan sebagainya, tentang “Indonesia”, karena ia hanya angan-angan.

    Disana ada pesta kemerdekaan. Pesta selalu saja adalah ironi: apakah kita benar-benar bahagia? Apakah kita benar-benar merdeka? Apakah kita benar-benar telah terlepas dari belenggu penjajahan? Jawabannya: belum!

    Dan ini bulan Agustus, cuaca tidak terlalu panas.

    Kau boleh mengatakan bahwa kolonialisasi terlah terhapus. Tapi kolonialisasi dapat menjelma menjadi bentuk yang lain dan beragam, termasuk ketika “Indonesia” adalah tanah air bagi rakyatnya menjajah rakyat yang lain, menindas yang lain…

    Catatan Harian Rabu, 17 Agustus 2005

    0 Responses to “Indonesia: Negeri Para Penjajah”

    Post a Comment

    Subscribe