Friday 8 April 2011
0
Puisi: Mimbar Para Penyair
Ingin kami susun dalam barisan puisi
Tentang resah yang tak bisa terwakili amarah
Ingin kami himpun dalam barisan puisi
Tentang lebam sungkawa dalam peristiwa
Ingin kami rangkum dalam barisan puisi
Tentang jiwa yang terpenjara jelaga luka
Tentang resah yang tak bisa terwakili amarah
Ingin kami himpun dalam barisan puisi
Tentang lebam sungkawa dalam peristiwa
Ingin kami rangkum dalam barisan puisi
Tentang jiwa yang terpenjara jelaga luka
Hayatilah takdir kegelisahan para penyair
Mata hati dibalik pintu-pintu hari yang terkunci
Sungai-sungai kesadaran yang bermuara lautan
Sebilah renungan bagi daging mentah kehidupan
Memburu rindu dalam hingar makna tanpa dasar
Debur cahaya dalam dengkur sang penguasa
Mata hati dibalik pintu-pintu hari yang terkunci
Sungai-sungai kesadaran yang bermuara lautan
Sebilah renungan bagi daging mentah kehidupan
Memburu rindu dalam hingar makna tanpa dasar
Debur cahaya dalam dengkur sang penguasa
Dan ingin kami catat dalam barisan puisi
Tentang dunia yang hampa nan dahaga
Menanam benih makna dalam jejak yang fana
Sebelum remah-remah usia yang perlahan punah
Sebelum riuh rendah kata yang kemudian musnah
Tentang dunia yang hampa nan dahaga
Menanam benih makna dalam jejak yang fana
Sebelum remah-remah usia yang perlahan punah
Sebelum riuh rendah kata yang kemudian musnah
Berlayarlah dalam cakrawala berjuta prahara
Berlayarlah dalam belantara berjuta cuaca
Lalu huruf-huruf berbaris mengarungi ribuan ingatan
“Kesaksian yang tak pernah mati dikabarkan
adalah puisi zaman yang tak akan henti diwariskan”
Berlayarlah dalam belantara berjuta cuaca
Lalu huruf-huruf berbaris mengarungi ribuan ingatan
“Kesaksian yang tak pernah mati dikabarkan
adalah puisi zaman yang tak akan henti diwariskan”
Bandung, 08 April 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Responses to “Puisi: Mimbar Para Penyair”
Post a Comment