Friday 5 March 2010

0

Anak Masa Depan di Persimpangan Jalan

  • Friday 5 March 2010
  • Unknown
  • Share

  • Di sini, di seberang gedung sekolah, aku melihat anak-anak SD berhamburan pulang. Kulihat berpuluh wajah penuh peluh, derai tawa dan mata yang bening berbinar. Melihat mereka aku jadi ingat keponakan-keponakanku, mereka juga masih duduk di sekolah dasar. Di tempat lain, aku melihat bayi dalam gendongan. Aku melihat ibu hamil akan menyeberang jalan. Hm, aku ingat, tetanggaku hari ini akan melahirkan. Ah, kelahiran, daun-daun gugur dan kemudian tumbuh penggantinya. Anak-anak yang lahir dan tumbuh hari ini adalah mereka yang terpilih menjadi penerus silsilah keluarga; dan diantara mereka, kelak akan bekerja keras untuk sejarah dan nasib  zamannya sendiri. Anak-anak yang lahir dan tumbuh hari ini adalah anak-anak yang kelak akan bekerja di ladang-ladang masa depan; menanam pikiran, moral, mentalitas, kreativitas dan impian-impian besar. Mereka akan bekerja dengan kekuatan yang kita wariskan hari ini, dengan impian yang diwariskan sejarah hari ini.
    Kita hari ini mempunyai tugas berat dan penting mempersiapkan anak-anak  untuk masa depan. Pikiran dan tubuh mereka hari ini masih kosong dan lemah, harus kita isi dengan pendidikan dan kesehatan. Kita dibebani tanggung jawab untuk memberi mereka pendidikan dan kesehatan yang layak. Bekal yang layak hari ini kelak akan menolong mereka dari ganasnya bahasa zaman yang lebih buas dari zaman kita. Berdosalah kita jika hanya bertugas melahirkan mereka tanpa memberi mereka kekuatan apapun. Pikiranku tiba-tiba melayang, memunguti ingatan dan kenangan. Aku merenung, menyulam nasehat dan masa silam,  ada yang bergemuruh berulangkali di lubuk kesadaranku.
    Ah, betapa anak-anak adalah harta berharga bagi kita, bagi bangsa, bagi hidup ini. Kita harus memberinya bekal untuk jalan kehidupannya yang masih panjang. Benar, kita jangan memberi anak-anak kita keyakinan bahwa uang adalah hal yang paling penting untuk merumuskan kebahagiaan hidup. Jangan manjakan mereka dengan harta, ajari mereka tentang kerja keras dan proses perjuangan. Alirkan di benak mereka pemahaman bahwa kesenangan berbeda dengan kebahagiaan seperti halnya beda antara keinginan dan kebutuhan. Jangan ajari mereka terbiasa menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah hidup. Sirami jiwa mereka dengan hikmah tentang perbedaan dalam kehidupan.
    Ya, mulailah peduli untuk mempersiapkan mereka menuju sebuah perjalanan panjang masa depan. Perjalanan zaman yang banyak tikungan, gelap, licin dan terjal. Mereka kelak akan melewati semua itu tidak hanya dengan keberanian, tetapi juga dengan segenap kesadaran. Mereka akan berjalan menuju masa depan, tanpa orang tuanya, tanpa kita. Seribu rintangan nasib akan mengusik langkah mereka. Jiwa dan pikiran mereka akan berjalan diantara godaan, hasutan, tipuan dan seribu bentuk kejahatan zaman.  Titipkan di dada mereka iman terhadap kebenaran dan kekuatan untuk tetap melindungi dan membelanya. Beri mereka kebijaksanaan untuk mencintai lingkungan dan sesama manusia. Beri mereka teladan tentang takzim yang tulus pada guru dan orang tua mereka, semangat kebaikan, kesabaran dan kepercayaan diri. Tumbuhkan pada diri mereka kemampuan untuk menghargai dan memahami dirinya sendiri.
    Pikiran dan nasib mereka kelak akan berpacu dengan roda zaman, dihantui kebodohan, kemiskinan dan pengangguran. Akan tiba masanya bagi mereka dimana kekayaan dan kemiskinan mereka mempunyai resiko yang sama besar dan menakutkan. Hal itu akan terjadi jika mereka terhanyut dalam keserakahan dan kemalasan. Akan tiba waktunya bagi mereka dimana kepintaran dan kebodohan akan membunuh diri mereka sendiri. Hal itu kelak terjadi jika mereka tenggelam dalam ketidaksadaran zaman. Bisikkan pada mereka tentang perjalanan orang-orang yang akan berbaris di jalan yang lurus. Ceritakan pada mereka bahwa perbuatan apapun akan berbuahkan balasan. Tanamkan di jiwa mereka kejujuran untuk mengatakan bahwa salah adalah salah dan benar adalah benar, apapun resikonya. Ajari mereka kejernihan pikiran untuk memberi nasehat dan keberanian untuk menerima kritik dan nasehat. Benamkan di hati mereka pemahaman bahwa rasa sombong tidak akan pernah menolong hidup mereka. Bimbing mereka untuk mulai mencintai ilmu pengetahuan, mencintai rasa damai…
    Ah, di sini, di trotoar yang panas, laju pikiranku terhempas. Tak selesai. Suara bising knalpot menggilas lamunanku. Aku melihat anak-anak SMA bergerombol di tepi jalan. Aku ingat berita tawuran anak sekolah beberapa hari yang lalu. Di kejauhan, kulihat anak-anak SMP berkelompok mal-mal. Langit pun teduh, senja perlahan mengendap di kaki langit. Tapi, anak-anak jalanan masih hilir mudik di sepanjang jalan, diantara lampu-lampu mobil. Mereka berkeliaran dalam gelap. Adzan maghrib terdengar, bergema bercampur nyanyian anak-anak yang mendekap gitar di bawah lampu merah.  Ah, seribu anak masa depan di persimpangan jalan, anak-anak yang  merangkak dan meraba-raba di tikungan zaman. Aku ingat keponakan-keponakanku. Pikiranku terpaku. Kuhentikan pena di atas buku harianku. Hati saya berdarah, mengucurkan gelisah, lelah…
    Bandung, Maret 2010

    0 Responses to “Anak Masa Depan di Persimpangan Jalan”

    Post a Comment

    Subscribe