Wednesday 10 October 2007
0
Puisi: Sajak Bapak dan Anaknya
“Lalu segera akan kau lihat daun-daun menguning, Anakku.
Dan apa yang tersisa dari usiaku selain
ingatan yang perlahan rapuh dan jiwa yang tak
lagi gagah menyusun rencana…”
Dan apa yang tersisa dari usiaku selain
ingatan yang perlahan rapuh dan jiwa yang tak
lagi gagah menyusun rencana…”
Tetapi berbahagialah, Bapak, hidup memang
tak memberi kita tafsir yang ketat untuk bahagia
Telah kulanjutkan sisa musim
dan hampar ladang yang segar
juga bakti yang tak pernah berhenti dan mati
tak memberi kita tafsir yang ketat untuk bahagia
Telah kulanjutkan sisa musim
dan hampar ladang yang segar
juga bakti yang tak pernah berhenti dan mati
Betapa diam-diam harapan kita saling berbagi, Bapak
Kemudian aroma hujan pada tanah kenanganmu,
pohon-pohon doa dan permohonanmu,
telah mengajari kita bahwa usia bukanlah
satu-satunya bahasa yang mampu menghitung
seberapa tabah kebahagiaan kita dan
seberapa pasrah kemuliaan kita…
Kemudian aroma hujan pada tanah kenanganmu,
pohon-pohon doa dan permohonanmu,
telah mengajari kita bahwa usia bukanlah
satu-satunya bahasa yang mampu menghitung
seberapa tabah kebahagiaan kita dan
seberapa pasrah kemuliaan kita…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Responses to “Puisi: Sajak Bapak dan Anaknya”
Post a Comment