Wednesday 11 January 2006

0

Pamplet

  • Wednesday 11 January 2006
  • Unknown
  • Share
  • Ketika pamplet ditempelkan di dinding tepi jalan, setiap orang lewat yang sempat membacanya akan berubah jadi pamplet. Pamplet muncul sebagai sebuah media informasi, ekspresi, promosi dan aspirasi. Kadang basi, kadang hadir menjadi shock teraphy.

    Di kampus, setiap hari bermunculan pamlet dalam berbagai macam tema, bersampingan atau tumpang-tindih. Kita dapat menemukan menempel di dinding pengumuman fakultas, dinding tepi jalan atau bahkan di toilet. Isinya macam-macam, dari mulai pengumuman beasiswa, info kegiatan, iklan, interupsi sampai info kehilangan dompet. Ada juga buah pikiran yang plus ayat-ayat al-Qur`an.

    Memang ada beberapa orang yang menggunakan pamplet sebagai media perlawanan, uneg-uneg dan sindiran. Kita mungkin tak mengenalnya. Atau bahkan seseorang–yang tak suka dialog dan tak bisa menulis– merasa kebakaran jenggot membaca isi pamplet, lalu menyobeknya. Tentu saja, terkecuali petugas kebersihan atau siapapun harus menyobeknya jika pamplet itu menempel disembarang dinding, bukan pada tempatnya.

    Pamplet memang bermanfaat. Ia bisa menjadi sumber informasi bagi siapapun. Tak terkecuali bagi tukang photo copy, bisa nomplok rezeki apalagi pamplet kegiatan seperti seminar nasional yang memerlukan publikasi besar-besaran. Setiap orang (orang buta tak termasuk) dapat membaca pamplet di kampus ini, kecuali para pejabat yang lebih senang duduk seharian di kantor. Kawanku menyebutnya pejabat gak gaul, tak merakyat.

    Begitu banyak pamplet bermunculan. Tak heran jika ada kawanku yang bilang, ini negeri pamplet. Apalagi jika setiap kali menjelang pemilu raya mahasiswa di kampus atau pilkada dan pemilu nasional, pamflet lebih banyak, bahkan menjengkelkan. Celakanya, sobekan-sobekan pamflet kemudian malah tak ramah pada lingkungan. Ujung-ujungnya membuat petugas kebersihan kewalahan dan kecapean.

    Kita bisa mengekspresikan apapun lewat pamplet, tetapi ingat, rawat lingkungan. Jangan menempel pamflet dimana saja. Jangan menyobek pamplet dan membuangnya dimana saja. Siapapun anda, bahkan pejabat sekalipun, jangan malu memungut sampah disekitar anda, harus malu membuang sampah dimana saja. Bukankah dengan begitu kita turut mengurangi beban petugas kebersihan. Pendeknya, kita bekerjasama.

    Catatan Harian 2006

    0 Responses to “Pamplet”

    Post a Comment

    Subscribe